Uupps apa betul isi dompet menjadi
pertimbangan utama dalam membeli motor trail? Bisa ya, bisa juga tidak. Karena
membeli motor trail itu bukan sekedar pertimbangan isi dompet saja, namun pertimbangan
apakah motor tersebut benar-benar “pas” dengan anda. Tulisan ini semoga bisa
membantu anda yang ingin membeli motor trail. Yang jelas penulis bukanlah tim
pemasaran produk tertentu, ini murni sebagai suara konsumen yang kebetulan
telah mencicipi berbagai jenis motor trail mulai kelas lokal, mocin, motor
rilisan Amrik hingga motor Eropa.
Setidaknya ada 5 pertimbangan dalam membeli
motor trail:
- Isi dompet alias budget yang tersedia
- Peruntukan motor trail tersebut
- Skill
- Ketahanan dan kenyamanan motor (kualitas)Perawatan dan spare parts motor
1. Isi dompet
alias budget
Ketersediaan dana tentunya menjadi faktor
pembatas dalam memilih motor trail yang akan dibeli. Bagi yang dompetnya tebal
sih memang ada begitu banyak pilihan motor. Tapi bagi yang anggaran pas-pasan,
tentunya ilihannya jadi lebih terbatas. Kalau anda belum terlalu “kebelet”
(mendesak) untuk membeli motor trail idaman, maka anda bisa menunda membeli
motor trail idaman tersebut sambil menabung sampai uangnya cukup untuk membeli
motor itu, sehingga ketika anda membelinya anda akan puas karena sesuai dengan
keinginan.
Daripada membeli motor “murah” namun kualitas
apa adanya, maka bisa jadi anda akan kecewa ketika mencoba motor tersebut di
medan offroad. Motor memang tampang trail, tetapi koq performanya tidak jauh
beda dengan motor kebanyakan. Apalagi ketika anda menjual motor trail yang
mengecewakan anda tersebut pasti harganya akan terjun bebas.
Terlepas dari peruntukan motor trail yang
akan anda pakai, untuk kantong anda yang budgetnya dibawah Rp 25 juta, maka
pilihan motor trail yang tersedia di pasaran Indonesia antara lain KLX 150S,
Suzuki TS 125 dan Hyosung/monstrac.
Kalau budget anda dibawah Rp 60 juta, maka
pilihannya adalah KLX 250S, Honda CRF 150F, CRF 230F (second), KTM 200
(second), Yamaha WRF 250 (second), kawasaki KXF 250 (second), dll. Pilihan akan
lebih banyak jika budget anda di atas Rp 60 juta, antara lain KTM 250 EXCF, CRF
250X, Husaberg, Husqvarna TE 250, KTM 200, CRF 230F, WRF 250 dan masih banyak
lagi lainnya.
2. Peruntukan motor trail
Sebelum memutuskan untuk membeli, anda harus
tahu motor trail tersebut akan lebih banyak digunakan untuk apa? Maksudnya
apakah sekedar untuk touring yang artinya lebih banyak jalan aspal, adventure
(aspal dan tanah), kompetisi atau offroad di medan extrim (tight offroad).
Karena setiap motor oleh pabrikan telah dirancang untuk tujuan tertentu,
meskipun juga ada motor yang multi purpose alias bisa digunakan di segala
medan.
Kalau kebanyakan motor trail anda akan
digunakan untuk touring atau light adventure yang tidak terlalu sering dipakai
di medan offroad yang ekstrim, maka membeli motor dengan bobot yang “berat’
masih dimungkinkan. Bobot motor trail yang relatif berat itu misalnya KLX 250
dan Hyosung/monstrac 200. Motor yang berat bobotnya akan mengganggu manufer
anda jika dipakai di medan offroad single track, tight wood, atau penuh
tikungan tajam.
Bagi anda yang suka speed offroad, akselerasi
atau power motor yang dahsyat, maka bisa memilih motor-motor spek kompetisi
atau murni enduro. Sayangnya untuk saat ini motor-motor kategori ini kebanyakan
masih build up, sehingga harganya masih mencekik bagi kebanyakan konsumen.
Motor kategori spek mumpuni ini antara lain KTM 200, KTM 250 EXCF, KTM 450
EXCF, husaberg FE 450, Husqvarna TE 250, CRF 250R/X, WRF 250, KXF 250, RMZ 250,
YZF 250, dll. Motor tersebut dijamin dahsyat, tinggal apakah rider mampu mengendalikan
motor tersebut (lihat penjelasan tentang skill di bagian bawah dari tulisan
ini) atau tidak.
3. Skill
Membeli motor trail itu hendaknya bukan
karena gengsi semata. Untuk apa membeli motor bagus yang harganya ratusan juta
namun justru kita tidak bisa memakainya secara optimal karena skill mengendarai
kita terbatas? Untuk pemula atau yang baru gandrung dengan trail, belilah motor
yang tenaganya tidak terlalu menyentak, beli yang karakternya smooth saja.
Selain skill mengendarai, yang harus juga dipertimbangkan adalah berat dan
tinggi badan. Di medan offroad postur badan pengendara ini menjadi sangat
penting. Jika badan tidak terlalu tinggi, maka memakai motor jangkung (yang
kebanyakan build up) itu akan menjadi siksaan tersendiri di medan offroad yang
ketat/ekstrim.
Namun kabar gembiranya, jika tubuh anda
pendek namun ngotot ingin beli motor spek offroad yang dahsyat macam KTM atau
Husaberg, maka kini sudah ada produk yang bisa nurunin ketinggian motor. Jadi
kaki bisa menapak tanah dengan baik yang akan membantu anda lolos dari
rintangan di medan offroad.
Jika persoalan ketinggian badan sudah
terpecahkan, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana riding skill anda?
Bagaimana kemampuan anda mengendarai motor trail di medan offroad? Kalau
kemampuan anda masih pas-pasan saja, maka lebih baik jangan membeli motor trail
spek kompetisi/enduro murni. Kecuali anda memakainya hanya untuk “gaya-gayaan”
saja, tidak dipakai di medan offroad yang extrim.
Pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa
motor trail dengan cc besar berarti semakin mantap di medan offroad, patut
ditinjau ulang. Memang betul motor dengan cc besar seperti 450 cc itu pasti
punya power yang lebih dahsyat dibanding yang 250 cc. Namun pertanyaannya
adalah, sejauh mana anda mampu membawa motor tersebut? Dalam diskusi di forum
KTM Talk, disebutkan bahwa di Amrik itu tidak banyak orang yang bisa membawa
motor 450cc dengan optimal. Power motor sering berlebih, sementara skill
pengendaranya masih “tidak berlebih” alias pas-pasan. Akibatnya yang terjadi
bukan kita yang mengendari motor, namun motor yang mengendarai kita.
Namun bagi anda yang merasa punya skill
mumpuni, motor 450cc adalah motor yang menyenangkan dan luar biasa. Alternatif
untuk mengimbangi motor sahabat anda yang pakai 450cc adalah motor 2T yang 200
atau 250cc. Motor enduro 2T seperti KTM 200/250, Husaberg TE 250 atau Husqvarna
WR 250 itu relatif bisa mengimbangin motor 450cc 4T. Kelebihan motor 2T
disbanding 4T adalah bobotnya yang lebih ringan.
Jika skill mengendari motor trail (di medan
offroad, bukan di jalanan raya) masih terbatas, lebih baik pakai motor-motor
yang spek bukan kompetisi/offroad. Alernatif motor yang bisa dipilih antara
lain KLX 150, KLX 250, TS 125, Monstrac 200, dll.
4. Ketahanan dan Kenyamanan Motor (kualitas)
Jika motor trail anda lebih banyak digunakan untuk offroad, bukan
sekedar untuk mejeng di jalanan raya, maka faktor ketahanan dan kenyamanan
motor harus dipertimbangkan di urutan atas. Ada banyak motor di jalanan yang
tampangnya seperti motor trail, namun begitu dipakai di medan offroad terlihat
“mellow”, belum lagi kerusakan sering terjadi. Jangan sampai kita offroad di
hutan, namun kita hanya report memperbaiki kerusakan motor yang sebetulnya
memang tidak layak untuk offroad. Ada guyonan, ” buka bengkel kog di tengah
hutan”.
Pilihlah motor-motor yang keluaran pabrikan
ternama semacam Honda, Kawasaki, KTM, Husqvarna, Husaberg, Yamaha dan Suzuki.
Paling tidak motor pabrikan ternama ini menjadi “garansi” bahwa produk yang
dikeluarkan adalah produk yang berkualitas. Namun bukan berarti haram memakai
motor trail keluaran pabrikan tidak ternama. Bila budget anda terbatas, bisa
saja anda membeli motor tersebut, namun perlu diperhatikan lebih ekstra tentang
beberapa komponen yang mungkin perlu diupgrade untuk dipakai di medan offroad.
Jika tinggi anda tidak sampai 165 cm, lebih
baik anda tidak memakai motor jangkung spek kompetisi atau enduro 250cc atau
lebih. Karena postur tubuh yang tidak terlalu tinggi akan membuat anda
kesulitan melintasi medan offroad yang extrim apalagi dalam kondisi jalur yang
basah. Lebih baik anda memakai motor yang relative tidak terlalu tinggi seperti
KLX 150, CRF 150F dan TS 125.
Sebaliknya jika tinggi anda lebih dari 170
cm, lebih baik anda tidak memaki motor pendek (ban 16/19) seperti KLX 150.
Karena posisi mengendarai jadi lebih cepat capek, karena kaki terlalu menekuk
tajam. Apalagi jika bobot tubuh anda mencapai lebih dari 80 kg, akan terlihat
lucu jika naik motor kecil. Yah jadi kelihatan seperti beruang sirkus naik
sepeda angin…...
Untuk yang mempunyai tinggi tubuh 170 cm
keatas boleh bernafas lega, karena bisa lebih punya “kesempatan” untuk memakai
motor-motor spek kompetisi 250 cc ke atas. Maklum motor seperti ini rata-rata
memang terbilang jangkung untuk ukuran orang Indonesia.
Memakai motor tipe cross atau di Indonesia
sering disebut motor SE untuk offroad juga masih dimungkinkan dengan catatan
skill anda mumpuni untuk mengendalikan kuda terbang itu. Kelemahan motor SE ini
adalah suspensi lebih keras dibandingkan motor enduro dan biasanya untuk motor
SE (terutama sebelum tahun 2008) itu susah untuk menghidupkannya pakai kick
starter. Beruntung sekarang ada motor SE seperti KTM 350 SXF yang sudah
dilengkapi dengan electric starter. Jadi tinggal pencet tombol, motor sudah greng
dan siap diajak ‘terbang’.
Motor tipe SE juga tidak dilengkapi dengan
lampu, sehingga tidak bisa dipakai di malam hari. Namun sekarang juga ada
produk-produk yang bisa membuat motor SE dilengkapi dengan lampu yang terang
benderang.
Motor trail keluaran pabrikan ternama
biasanya punya kualitas yang bagus. Memang harga lebih mahal, namun
dibandingkan dengan daya tahan dan kenyamanan yang ditawarkan, maka harga mahal
itu menjadi relatif tidak terlalu berarti.
5. Perawatan dan spare parts motor
Jika
anda adalah orang yang tidak terlalu mengerti tentang mesin motor trail, maka
ada baiknya memilih motor yang rendah perawatan. Beberapa motor yang
perawatannya relatif murah dan mudah itu misalnya TS 125 dan KLX 150. Motor
build up yang juga perawatannya murah adalah CRF 150F, CRF 230F dan Yamaha TTR
230. Perawatannya hanya cukup dengan membersihkan filter udara dan rutin
mengganti oli mesin.
Motor
spek kompetisi, SE atau enduro build up tentunya perawatannya juga lebih mahal.
Apalagi untuk motor 4T yang harus selalu rutin mengecek kerenggangan klep.
Belum lagi pergantian oli mesin harus rutin dan lebih sering. Seringkali oli
mesin yang dipakaipun menuntut oli dengan spek tinggi yang harganya di atas Rp
100.000 per liternya. Itupun membeli olinya juga tidak terlalu mudah.
Motor
enduro yang 2T perawatanya jauh lebih murah dan mudah, dibandingkan dengan yang
tipe 4T. Cukup dengan rutin membersihkan filter udara dan mengecek busi.
Kelemahannya adalah motor 2T bensinnya harus dicampur dengan oli. Hal ini yang
sering bikin pengendara jadi ogah mamakai motor 2T. Padahal untuk anda yang
malas pergi ke bengkel untuk servis rutin, maka trail 2T adalah pilihan jitu.
Apalagi untuk motor trail 2T generasi terbaru semacam Husaberg TE 250 dan KTM
200 itu sudah dirancang untuk irit penggunaan oli samping. Konsumsi BBM-nya pun
terbilang irit. Satu lagi kelebihan motor trail 2T adalah bobot motornya lebih
ringan.
Di
jaman serba internet dan FB, sepertinya soal spare parts motor tidak menjadi
halangan berarti untuk saat ini. Semuanya bisa dibeli atau paling tidak bisa
diorder. Spare parts motor Eropa seperti KTM, Husaberg dan Husqvarna,
kebanyakan harganya lebih mahal dibandingkan motor Jepang. Enaknya motor Jepang
adalah beberapa spare part itu bisa memakai spare parts motor harian yang sudah
beredar di jalanan Indonesia. Misalnya beberapa komponen Honda CRF 230F atau CR
85 itu sama dengan motor tiger atau supra X, sehingga harganya menajdi lebih
murah.
Membeli
motor yang di Indonesia sudah ada dealer-nya memang akan lebih aman dan lebih
murah harganya. Beberapa dealer motor trail yang sudah ada di Indonesia adalah
untuk motor KTM (husaberg?), husqvarna dan kawasaki. Untuk motor lainnya masih
dimasukan oleh importer umum yang biasanya harganya lebih tinggi dibanding ATPM
atau distributor resmi khusus satu merk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar